Sabtu, 03 November 2012

Resensi Novel Tell Your Father that I am a Moslem

Oleh : Jang Shan

Tell Your Father that I am a Moslem
A Novel By Hengki Kumayandi
“Jika kau berjanji tak akan pernah menyentuh aku dan menghargai aku sebagai wanita muslim. Aku mau jadi kekasihmu, karena aku juga sayang padamu.”ucap Maryam tanpa berpikir panjang lagi, ia sangat mencintai remaja ini.
“Panggil aku Dave atau David, nama lengkapku David Stuart, anak dari seorang Pastur di gereja terbesar di kota ini. Dan satu lagi, aku bersedia tak akan menyentuhmu selama menjadi kekasihmu.”
***

Apa yang tergambar dalam benak Anda tentang Cinta? Apa itu cinta? Cinta, yang membuat Anda di bayangi wajahnya, yang membuat hati anda berdegup hebat saat bertatapan dengannya, yang bisa membuat Anda sakit, yang membuat Anda senang berada di sisinya, yang membuat Anda sedih, kalut, gelisah.
Lalu bagaimana dengan Cinta dari dua insan yang berbeda keyakinan? Haruskah hubungan itu berlanjut? Sementara keduanya sangat mengimani agama masing-masing. Itulah yang di alami Maryam, seorang gadis Muslimah yang shalehah, anak dari seorang Duta Besar Uni Emirat Arab untuk wilayah New York. Awalnya Maryam tak ingin ikut, dia hanya ingin tetap sekolah di Dubai. Namun sang ayah tak mau jauh dari anak satu-satunya, maka Maryam tak bisa menolak. Setelah kepergian kakak Maryam, Asiyah beberapa tahun lalu. Karena depresi berat soal Cinta, Asiyah bunuh diri. Dan itu membuat ayahnya tak mau lagi kehilangan anaknya karena keegoisan dirinya sendiri.
Maryam di sekolahkan di High School yang mayoritasnya Non Muslim. Bahkan mereka menyebut Maryam adalah teroris. Sampai seisi kelas hanya ada Isti Maryam
saja, murid lain tak mau di sekolahnya ada teroris.
Pria bermata biru, berkulit putih dan berambut pirang ikal itu adalah seorang anak Pastur. Rushel Marthin sang pastur menemukan seorang bayi laki-laki di depan gereja. David itulah nama yang di berikan Rushel. Meski David bukan anak kandungnya, bagi Rushel David adalah segalanya.
Seorang teman David bernama Jardon, mengabari David bahwa di sekolahnya ada seorang murid teroris. Sontak membuat David penasaran ingin melihat langsung seseorang yang di ceritakan temannya.
Setelah David keluar dari rumah sakit, ia langsung semangat pergi ke sekolah. Ia ingin cepat-cepat membantu teman-temannya untuk mengusir teroris itu.
“There she is, Dave. (itu dia, Dave)” Jardon berujar sambil menoleh kea rah Maryam, David pun ikut menoleh kea rah Maryam.
David terperangah, sosok wanita berwajah cerah it uterus menunduk. Matanya yang bening biru, hidungnya yang mancung, serta alisnya yang tebal dan menyatu membuat David terpaku.
“Are you sure that is a teririst, Jardon? (apa kau yakin bahwa dia seorang teroris, Jardon)”
“You don’t believe me, Dave? Look at her big veil, somday you’ll see her concealing bomb over her veil. (Kau tidak percaya, Dave? Lihat jilbab besarnya? Suatu saat kau akan melihatnya menyembunyikan bom di balik bajunya.
Hanya Dave yang percaya bahwa Maryam bukan teroris, hanya seorang siswi Muslim. Dave mulai merasakan getaran aneh saat pertama melihat Maryam. Dave membela Maryam di depat murid lain, dan itu membuat Maryam merasa tenang karena ada teman yang mendukungnya. Entah apa yang David rasakan sehingga ia berubah pikiran untuk tidak ikut campur dengan pernyataan teruris yang di tuduhkan Jardon pada Maryam. Bagi David , wajah secerah itu tak mungkin ada niat jahat untuk menghancurkan sekolah dengan bom.
Benih-benih cinta tumbuh di antara mereka, semakin dalam cinta itu. Di sebuah Halte mareka berlari , saling mendatangi satu sama lain. Maryam tak percaya ia bisa melakukan itu. Tepat 10 senti saling berhadapan, mata Maryam berair.david ingin lebih mendekat lagi dan bersiap-siap dalam posisi ingin memeluk Maryam.
“Jika kau memelukku, maka butuh waktu empat puluh tahun bagi Tuhanku untuk mengampuniku.biarkan kita sedekat ini. Hanya sebatas ini,” ucap Maryam sambil menangis tak tahan menahan rindunya. Ia ingin melepas kerinduannya, namun ia masih ingin menjaga kesuciannya.
“Aku… Aku selalu memikirkanmu… Entahlah.” Agak gugup David mengatakannya.
Maryam terdiam. Mereka sama-sama diam, tak mampu mengatakan perasaan mereka masing-masing.
“Astagfirullah…. Astagfirullah…” bisik hati Maryam sambil terisak-isak.
“Are you crying?” Ucap David lalu mengeluarkan sapu tangannya. Ketika ia hendak menghapus air mata Maryam, Maryam menolak.
“Don’t touch me!” Maryam berbalik tak mau mengatakan perasaannya kepada David. Ia berjalan meninggalkan David.
“Aku mencintaimu. Apakah juga butuh waktu empat puluh tahun bagi Tuhanmu untuk mengampunimu, jika aku mencintaimu?” Tanya David sambil meneteskan air mata.
“My name is Maryam. Call me Maryam!” ucap Maryam terhenti masih membelakanginya. Ia sangat terkejut mendengar pengakuan cinta dari David, dadanya bergetar. Untuk pertama kalinya dia mendengar kata itu selama hidupnya .
“Answer my question, I wanna be your boyfriend and honestly. I’ve never felt this way before, please. Say something, Maryam!”
Maryam berbalik, lalu mengangkat wajahnya dan memandangi wajah David dengan seksama.
“Jika kau berjanji tak akan pernah menyentuh aku dan menghargai aku sebagai wanita muslim. Aku mau jadi kekasihmu, karena aku juga sayang padamu.”ucap Maryam tanpa berpikir panjang lagi, ia sangat mencintai remaja ini.
“Panggil aku Dave atau David, nama lengkapku David Stuart, anak dari seorang Pastur di gereja terbesar di kota ini. Dan satu lagi, aku bersedia tak akan menyentuhmu selama menjadi kekasihmu.”

***
Perjalanan cinta antara Maryam dan Dave semakin pelik. Kendala terbesarnya adalah tentang keyakinan yang di anut oleh mereka berbeda. Itulah yang membuat orang tua keduanya tak mengizinkan. Dan berusaha memisahkan mereka.
“Maryam…”
Maryam berbalik menghadap kea rah David seraya menunduk.
“Peluk aku!”
David terbelalak.
“Apa? Kau kenapa?” david terkejut, seolah tak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya.
“Peluk aku sekarang, Dave! Aku ingin berada di pelukanmu, Dave, biar aku tenang…”
“Aku tidak mau. Aku tidak mau melakukannya karena butuh empat puluh tahun bagi Tuhanmu untuk mengampunimu. Bukankah kau sendiri yang bilang seperti itu padaku, Maryam?” sejujurnya hati kecil David pun menginginkannya, tapi ia ingat betul apa yang pernah di ucapkan gadisnya itu.
“Ini terakhir kalinya waktu yang tersisa bagi kita untuk saling mencintai, Dave. Setelah ini kau harus melupakanku. Aku ingin terakhir kalinya kau menyentuhku, sebab aku ingin menyudahi hubungan ini. Selamanya. Meski harus empat puluh tahun bagi Tuhanku untuk mengampuniku.” Teriak Maryam.


Bagaimanakah kisah selanjutnya? hanya bisa Anda tau di Novel karya Hengki Kumayandi berjudul ' Tell Your Father that I am a Moslem '
Menurut saya kisah cinta ini sangat mengharukan, lalu sampai di ending baru lega.... sebuah Hidayah. Novel yang keren.
Hidup Ini Indah Kesehatan Komunitas Penulis Indonesia Grup Mesra Pustaka Online

0 komentar: