Cerpen Hengki Kumayandi
KITA pernah berbagi cerita tentang penat dan
sebak di dada. Lalu melangitkan obrolan duka tanpa ujung. Sesekali dengan
gurau. Kucerna kalimat-kalimat gundahmu satu persatu. Menyimpannya lamat-lamat
dalam memoriku. Di atas dataran tinggi itu. Di atas batu. Di tengah kebun kopi
yang di payungi pohon-pohon lamtoro itu. Di perbatasan antara kebunmu dan
kebunku. Ya, hampir dua bulan itu terjadi. Selalu di tengah hari. Bahkan kita
tak peduli lagi untuk memampas rumput-rumput yang merajai kebun. Kita tahu,
musim kopi masih lama. Di sana kita hanya berlari dari keriuhan kampung yang
menelan kita untuk menghidari menjadi bujang tak berguna. Kita menginap di
Talang Bukit itu untuk mencari ketenangan. Walau sejatinya kita tak pernah
merasa tenang. Yang penting, kita bukan
Hidup Ini Indah Kesehatan Komunitas Penulis Indonesia Grup Mesra Pustaka Online